Buat kamu yang baru ingin terjun di dunia seni rupa dan ilustrasi, mungkin pernah dengar istilah tracing dan referencing. Yup, kedua teknik yang tampak serupa ini memang sering digunakan dalam proses berkarya, tapi keduanya memiliki metode yang jauh berbeda lho! Nah, dalam artikel ini, kamu akan diajak mengenal lebih jauh mengenai apa itu tracing, referencing, hingga heavy referencing. Yuk disimak biar gak salah paham!
Sesuai dengan artinya, tracing merupakan teknik mentransfer gambar dengan cara menumpuk gambar asli dan menjiplaknya, sehingga hasilnya akan sama dengan gambar yang dijadikan contoh meskipun bisa memiliki format yang berbeda. Namun, tracing berbeda dengan referencing, karena biasanya tracing dilakukan dengan kertas kalkir sebelum mulai menggambar setiap garis mengikuti gambar asli.
Banyak artist yang menggunakan teknik ini dalam membuat karya, mulai dari artist pemula hingga master artist. Mereka menggunakan tracing untuk alasan yang berbeda-beda. Misalnya, artist pemula biasanya menggunakan tracing untuk belajar menggambar garis-garis atau anatomi tubuh tertentu karena belum terbiasa untuk melakukan referencing maupun menggambar sesuai imajinasi. Sementara itu, artist profesional melakukan tracing untuk menyempurnakan gambar yang rumit saat dihadapkan dengan keterbatasan waktu. Bahkan, Michelangelo dan Vermeer pun menggunakan teknik tracing dengan peralatan seperti kamera obscura atau pouncing untuk memindahkan karya mereka ke kanvas.
Sebagai salah satu cara mereproduksi seni, tracing dianggap boleh-boleh saja dilakukan bagi beberapa orang selama tidak melanggar batas-batas tertentu. Namun, tracing dapat menjadi masalah bila kamu jadi malas belajar menggambar dan malas mengasah kreativitas dengan mengakui karya orang lain sebagai karyamu.
Untuk lebih mudahnya, ini dia contoh gambar tracing.
Berbeda dengan tracing, referencing adalah proses menggambar dengan mengamati sumber rujukan tertentu, sehingga artist dapat mengetahui perspektif dan proporsi objek yang hendak digambar. Dalam referencing, artist tidak boleh menjiplak atau menyalin secara langsung. Artist justru harus menciptakan karya baru dengan art style-nya sendiri. Teknik ini mengharuskan artist untuk mengumpulkan informasi visual sebanyak-banyaknya yang dapat berupa kumpulan foto untuk memperkaya visualisasi saat menggambar. Referensi-referensi yang telah dikumpulkan tersebut akan membantu artist mengingat visual objek yang hendak digambar. Dengan begitu, artist akan jadi lebih percaya diri dan memahami objek gambar.
Supaya kamu lebih paham apa itu referencing, berikut contoh gambar referencing.
Namun dalam seni rupa, ada juga istilah heavy referencing lho! Lantas, apa sih heavy referencing itu? Dan apa bedanya dengan referencing biasa?
Heavy referencing sama seperti referencing, yang juga merupakan proses menggambar dengan mengamati sumber rujukan tertentu. Namun, berbeda dari referencing yang hanya mengambil inspirasi dari beberapa bagian sumber rujukan, heavy referencing mengambil inspirasi dari hampir keseluruhan sumber rujukan. Jadi, hasil karya yang diciptakan oun cenderung terlihat sangat mirip dengan sumber rujukannya.
Untuk dapat membedakan hasil gambar referencing dan heavy referencing, berikut contoh gambar heavy referencing.
Nah, setelah tahu perbedaan tracing dan referencing, kamu pasti jadi semakin tertarik belajar gambar kan? Untuk bisa menjadi ahli dalam menggambar, ada banyak teknik yang bisa dicoba untuk berlatih. Yuk ikut kursus gambar di Brush Studio! Klik tombol booking and let’s illustrate!
Sumber: